Pola Asuh Orangtua Bisa Bikin Anak Jadi Pelaku Bully?


Anak jadi Pelaku Bully karena Pengaruh Pola Asuh Orangtua 

 Bully atau perundungan sering terjadi di kalangan anak remaja bahkan anak menjelang remaja. Mungkin kita menganggap bully itu hal biasa diantara anak-anak. Padahal sebenarnya dampak nya serius mempengaruhi perkembangan mental anak. Bahkan ada anak yang tidak mau sekolah hanya karena bully. Dan kalau tidak di selesaikan dengan baik akan mengakibatkan mental anak bermasalah.

Nah, bagaimana kalau ternyata pelaku bully tersebut adalah anak kita sendiri. Sementara kita tau pasti bahwa kita tidak pernah mengajari anak untuk mem bully. Ada banyak orangtua yang kaget ketika mengetahui bahwa anaknya melakukan bully pada temannya. Kemudian si orangtua menganggap itu karena pertemanannya yang salah. Karena tidak merasa mengajari bully kepada anak.

Padahal, tanpa disadari ternyata pola asuhnya lah yang menyebabkan anak menjadi pelaku bully. Orangtua merasa sudah mendidik anak dengan baik. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Itulah kenapa Orangtua harus selalu meng update pengetahuan parentingnya secara berkala. Karena perubahan jaman sangat mempengaruhi prilaku anak. 

Terbukti, sikap anak tahun '80 an sangat jauh berbeda dengan sikap anak tahun 2000 an. Maka, pola asuh yang diterapkan juga harus berbeda. Kita tidak bisa menyamakan pola asuh yg orang tua terima semasa remaja nya dengan anak remaja sekarang. Alih-alih menjadi baik, malah berdampak buruk pada prilaku anak.

Saya sangat setuju dengan dr. Verury Verona Handayani tentang beberapa pola asuh yang tidak di sadari orangtua yang mengakibatkan anak remaja menjadi pelaku bully, antara lain:

1. Otoriter

Salah satu pola asuh anak yang jika dilakukan dapat menyebabkan orangtuanya membuat anaknya menjadi pelaku bully adalah otoriter. Disebutkan apabila gaya ini akan menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk mendapatkan hasil yang sesuai pada anaknya. Maka dari itu, anaknya akan mencari pelampiasan yang badannya lebih kecil darinya.

2. Permisif

Pola asuh tipe permisif juga dapat menyebabkan anak menjadi pelaku bully. Hal ini adalah perlakukan orangtua yang membuat anak tidak memiliki banyak aturan, sehingga anak-anak bebas berekspresi semaunya tanpa tahu yang benar dan yang salah. Dikarenakan tidak mempunyai aturan yang jelas, anak dapat menyakiti orang lain.

 3.Pengabaian

Seorang anak dapat menjadi pelaku bully atau orang yang dibully disebabkan pola asuh anak ini. Orangtua yang sering mengabaikan anaknya akan menyebabkan dirinya tidak mempunyai aturan dan panduan akan semua hal. Kurangnya perhatian dari orangtuanya akan membuatnya berkeinginan mendapatkan hal tersebut dengan cara menjadi anak pelaku bully.

Selain itu, seseorang juga dapat menjadi korban bully karena pola asuh yang diterapkan orangtua ini. Hal ini disebabkan dirinya tidak mempunyai tingkat harga diri yang tinggi karena tidak pernah dianggap oleh orangtuanya. Sehingga, dirinya dianggap sebagai sasaran yang mudah dirundung oleh teman-temannya.

Memang banyak anak yang menjadi pelaku bully terjadi disebabkan melihat kebiasaan yang orangtuanya lakukan. Sehingga, ketika di luar rumah, anak tersebut melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh orangtuanya. Anak adalah peniru yang paling baik dari apa yang dilakukan orangtuanya.

Saat anak tersebut melihat temannya yang terbilang lebih lemah dan rentan, dirinya akan melakukan perundungan sama seperti yang orangtuanya lakukan padanya. Sang pembully mungkin akan melakukan cemoohan, mendorong, hingga memukul. Maka dari itu, peran orangtua sangat penting untuk membangun karakter anak.

Karakter anak sangat berkaitan erat dengan orangtua. Karna semua bermula dari orangtua. Mari selau belajar dan memperbaiki diri demi memberi didikan dan contoh yang baik bagi anak-anak kita.



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama