MAHMOUD AHMADINEJAD (1958-Sekarang)


"Perlombaan senjata, intimidasi senjata nuklir, 

dan pemusnah massal oleh hegemoni kekuasaan telah dilazimkan."

A. Biografi Singkat

Mahmoud Ahmadinejad merupakan presiden keenam Iran yang memiliki kepribadian yang sangat sederhana. Meski ia menjabat sebagai presiden, namun ia tidak pernah menunjukkan dirinya sebagai presiden yang begitu mendambakan kemewahan. Bahkan, ia sempat mengganti permadani di istananya dengan karpet biasa.

Terlepas dari hal itu, kepemerintahan Ahmadinejad kerap diidentikkan dengan kepemerintahan Ayatullah Khumeini. Selain ia pernah menjadi pengikut Khumeini pada masa Revolusi Islam Iran, sistem kepemerintahan Ahmadinejad juga sebagian besar terinspirasi dari pemikiran-pemikiran Ayatullah Khumeini.

Seperti halnya dalam pemerintahan Khumeini, kepemerintahan Ahmadinejad lebih menekankan pada penerapan dan pelestarian nilai-nilai revolusi islam yang pernah ditanamkan oleh Khumeini. Sehingga, banyak kalangan menilai bahwa pemikiran-pemikiran Ahmadinejad sendiri merupakan replika dari pemikiran Ayatullah Khumeini.

Akan tetapi, dalam artikel ini, penulis sengaja meletakkan dirinya lebih awal dari Ayatullah Khumeini. Hal demikian penulis lakukan tentunya tidak memliki maksud apa-apa, selain hanya untuk mengikuti alur penulisan buku yang mengurut tokoh-tokoh sesuai dengan urutan alfabeta.

Terlepas dari hal itu, Ahmadineja memulai jabatannya sebagai presiden Iran pada tanggal 3 Agustus 2005. Selain memiliki perhatian husus terhadap nilai-nilai revolusi Islam Iran, ia juga cukup terkenal sebagai salah satu presiden yang cukup lantang dan berani dalam menentang kekuasaan Amerika. Penentangannya yang begitu keras itulah yang menjadikannya begitu populer di mata dunia.

Ahmadinejad dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1956 di sebuah kota pedalaman Iran, yaitu Aradan. Pada tahun 1958, Ahmadinejad bersama keluarganya pindah ke daerah pinggiran Teheran, tepatnya di daerah Namark. Di daerah inilah, ayah Ahmadinejad (Ahmad) mendirikan sebuah bengkel besi demi menghidupi keluarganya.

Keluarga Ahmadinejad merupakan sebuah keluarga yang religius. Dari keluarga inilah, Ahmadinejad memperoleh pengetahuan dasarnya tentang agama. Setelah itu, Ahmadinejad menempuh sekolah pertamanya di daerah Namark, sekitar tahun 1960-an.

Pada tahun 1975, Ahmadinejad menempuh kuliahnya di jurusan teknik pembangunan pada Universitas Sains dan Teknologi (IUST). Pada masa-masa inilah, Ahmadinejad mulai mengenal pemikiran-pemikiran tokoh sayap kiri seperti halnya pemikiran All Syari'ati. Selain itu, pada masa ini pulalah, ia mulai mendalami pemikiran-pemikiran Ayatullah Khumeini.

Ahmadinejad lulus dari IUST tersebut dengan gelar doktor dalam bidang teknik dan perencanaan lalu lintas dan transportasi. Pada tahun 1980, Ahmadinejad dipercaya menjadi ketua perwakilan IUST untuk perkumpulan mahasiswa. Ia mulai terlibat dalam pendirian kantor Perertan Pesatuan(daftar-e tahkim-e wahdat), yakni sebuah organisasi mahasiswa yang berada di balik peristiwa perebutan kedubes Amerika Serikat yang mengakibatkan krisis sandera Iran(1).

Pada tahun yang sama, yakni tahun 1980, Ahmadinejad mulai menjabat sebagai Gubernur Maku, sebuah distrik di Provinsi Azerbaijan Barat. Pada tahun 1986, Ahmadinejad bergabung dengan korps Pengawal Revolusi Islam Iran dan mulai terlibat dalam misi-misi di Kirkuk, Irak.

Setalah perang Iran-Irak berakhir, Ahmadinejad kembali menduduki beberapa jabatan penting dalam kepemerintahan Iran, yaitu Gubernur Maku dan Khoy, penasihat mentri kebudayaan dan ajaran Islam Iran, dan juga menjabat sebagai Gubernur Provinsi Ardabil dari tahun 1993 hingga 1997.

Pada tahun 2003, Ahmadinejad terpilih untuk menjadi walikota Teheran. Setelah dua tahun menjabat sebagai walikota Teheran, ia kemudian terpilih menjadi presiden Iran pada tanggal 3 Agustus 2005. Ahmadinejad menjabat sebagai presiden Iran selama dua periode. Setelah itu, ia digantikan oleh Hassan Rouhani yang menang dalam pemilihan pada tanggal 14 Juni 2013.

 

B. Sepak Terjang dan Kontribusinya

Sebagaimana disinggung sebelumnya, Ahmadinejad merupakan salah satu pimpinan Iran yang populer di telinga masyarakat dunia. Selain karena sosoknya begitu sederhana, ia juga terkenal cukup lantang dalam menyuarakan perlawanannya terhadap kekuasaan Amerika Serikat.

Karea itulah, Ahmadinejad kerap kali dianggap sebagai simbol pelawanan terhadap imperialisme. Gerakan dan kebijakan yang dilakukan oleh Ahmadineja telah mengobarkan semangat negara-negara lain untuk melawan imperialisme dalam bentuk apapun, khususnya bagi negara-negara Amerika Latin.

Kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Ahmadinejad berbanding terbalik dengan dua periode kepemerintahan Iran sebelumnya. Pada masa kepemimpinan Rafsanjani dan Khatami, Iran menjadi negara yang cukup moderat. Dengan demikian, periode ini lebih mendukung terhadap proses liberalisasi ekonomi dalam negeri.

Akan tetapi, ketika Ahmadinejad naik sebagai pimpinan tertinggi Iran, segala bentuk liberalisasi ekonomi tersebut dihapuskan. Bahkan, ia membuat berbagai kebijakan yang justru menentang terhadap liberalsime itu sendiri dan terhadap Amerika Serikat khususnya.

Salah satu kebijakan penting Iran di bawah kepemimpinan Ahmadinejad adalah poliferasi nuklir Iran. Kebijakan inilah yang membuat Amerika semakin geram dan mengecam Iran sebagai negara yang berbahaya bagi keamanan dunia. Bahkan, karena kebijakan itulah, Amerika Serikat melaporkan Iran kepada DK PBB.

Meski demikian, Ahmadinejad tetap bersikukuh terhadap kebijakannya tersebut. Karena itulah, Amerika semakin tersulut dan terus berusaha mencegah poliferasi nuklir tersebut. Atas upaya-upaya pencegahan oleh Amerika tersebut, Ahmadinejad memberikan berbagai pernyataan pembelaan yang sekaligus menyudutkan pihak penentangnya, yaitu Amerika Serikat dan beberapa negara Barat lainnya. Salah satu pernyataan Ahmadinejad yang cukup terkenal adalah:

"Jika nuklir ini dinilai jelek dan kami tidak boleh menguasai dan memilikinya, mengapa kalian sebagai adikuasa memilikinya? Sebaliknya, jika teknologi nuklir ini baik bagi kalian, mengapa kami tidak boleh memilikinya?"

Pernyataan tersebut tentunya membuat Amerika semakin tersulut amarahnya. Amerika pun semakin gencar memberikan tekanan terhadap Iran, dari kebijakan embargo ekonomi sampai pada upaya mendiskreditkan Iran di dunia internasional.

Atas dasar itulah, Ahmadinejad mulai menggaet beberapa negara di Amerika Latin (negara-negara yang juga menentang Amerika Serikat) untuk memberikan dukungan terhadap Iran. Menurut Ahmadinejad, negara-negara di Amerika Latin memiliki nilai perjuangan yang sama. Nilai-nilai sosialisme yang berada di Amerika Latin pun juga memiliki kesamaan dengan negaranya.

Akhirnya, Ahmadinejad pun berhasil menjalin hubungan dekat dengan beberapa pimpinan di negara-negara Amerika Latin. Di antara para pemimpin yang menjadi sahabat dekat Ahmadinejad adalah, Hugo Chavez (Presiden Venezuela), Evo Morales (Presiden Bolivia), Rafael Correra (Presiden Ecuador), Fidel Castro dan Raul (Pimpinan Kuba) dan Daniel Ortega (Presiden Nikaragua)

Persahabatan mereka terjalin dalam satu garis perlawanan, yaitu melawan dominasi dan hegemoni Amerika Serikat yang kapitalistik. Di satu sisi, hubungan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi Ahmadinejad dan Iran pada umumnya. Sedangkan di sisi lain, Ahmadinejad harus dibenci oleh beberapa negara Islam yang lainnya.

Meski demikian, Ahmadinejad tidak begitu memperdulikan hal itu. Bahkan, Ahmadinejad menilai bahwa negara-negara Arab, seperti Qatar, Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait, dapat mengakibatkan destabilisasi di Iran. Karena anggapan itulah, Ahmadinejad lebih suka menjalin hubungan dengan para pemimpin negara-negara Amerika Latin yang tersatukan dalam satu poros, yaitu anti Amerika Serikat.

Selain itu, Ahmadinejad beranggapan bahwa sahabat-sahabatnya di negara Amerika Latin lebih bisa diandalkan dalam memberikan pembelaan terhadap Iran, ketimbang negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara yang sebagian besar penduduknya adalah Islam.

Selain Amerika Latin, Ahmadinejad juga menjalin hubungan yang begitu dekat dengan China. Kedekatan Ahmadinejad dengan berbagai negara lain di dunia sebenarnya dimaksudkan sebagai pengimbang negara-negara Barat yang senantiasa mengucilkan dan mendiskreditkan Iran dalam pentas internasional.

Selain itu, Ahmadinejad menilai bahwa kawan-kawannya di negara-negara Amerika Latin memiliki sikap yang tegas terhadap kepemerintahan Zionis Israel, baik dalam forum-forum organisasi maupun dalam bentuk kebijakan-kebijakan luar negeri yang mereka terapkan.

Selain itu, Ahmadinejad juga menjalin hubungan kerja sama ekonomi dengan China, Rusia dan India. Dengan hubungan kerja sama tersebut, Ahmadinejad berharap ketiga negara tersebut dapat menolong dan membantu kemerosotan perekonomian Iran akibat embargo ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara Barat.

Di samping itu, Ahmadinejad juga kerap kali menegaskan penentangannya terhadap Amerika Serikat melalui sikap dan ucapan-ucapannya yang kontroversial. Tidak jarang Ahmadinejad melayangkan "kata-kata pedas" yang cukup menyinggung Amerika Serikat, terutama dalam forum-forum nternasional.

Salah satu pernyataan kontoversial Ahmadinejad yang cukup terkenal adalah pernyataannya tentang holocaust sebagai mitos. Pernyataannya tersebut disampaikan dalam Forum PBB yang digelar pada tahun 2009. Tentunya pernyataan tersebut membuat kesal para anggota yang hadir, khususnya negara-negara Barat dan Israel.

Tidak hanya itu, Ahmadinejad juga pernah menuju Amerika sebagai biang keladi dari meningkatnya penyakit HIV-AIDS di Afrika. Dalam hal ini, Ahmadinejad menyatakan "Jelas sekali, negara Afrika dipenuhi dengan kekayaan dan sumber daya alam yang melimpah. Negara-negara besar (Amerika) berada di balik pengembangan penyakit ini agar mereka bisa menjual peralatan medis ke negara miskin."

Demikianlah sosok Ahmadinejad sebagai pimpinan Iran yang karismatik. Selain tampil sebagai sosok yang sederhana, ia juga tampil sebagai pemimpin yang begitu agresif dalam melakukan perlawanan terhadap Amerika. Meski ia tahu bahwa Iran tidak sekuat Amerika, ia tidak pernah takut akan hal itu.

Perlawanan-perlawanan yang telah dilakukan oleh Ahmadinejad berhasil menumbuhkan kembali nasionalisme masyarakat Iran. Ahmadinejad senantiasa menunjukkan bahwa bukan Iranlah yang butuh terhadap Amerika Serikat. Sebaliknya, Amerika-lah yang butuh Iran. Krena itulah, masyarakat Iran menjadi semakin lebih mencintai negaranya.***


(1)tgkboy.blogspot.com

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama