CHE GUEVARA (1928-1967)


"Saya bukanlah seorang pembebas. Pembebas itu tidaklah nyata. 

Rakyat mampu membebasan diri mereka sendiri."

 

A. Biografi Singkat

Che Guevara atau Ernesto Guevara Lynch de La Resna adalah pemuda revolusioner yang berjuang bersama Fidel Cartro revolusi di Kuba. Jika Fidel Castro adalah pimpinan, maka Che Guevara menjadi tulang punggung dari Revolusi di Kuba.

Che Guevara dilahirkan dari sebuah keluarga yang mendiami daerah Rosario, Argentina, tepatnya pada tanggal 14 Juni 1928. Sebagai seorang revolusioner, Che Guevara meninggal dunia saat ia membantu proses revolusi di Bolivia, tepatnya pada tanggal 9 Oktober 1967.

Che merupakan anak pertama dari lima bersaudara yaang terlahir dari pasangan Ernesto Rafael Guevara Lynch dengan Celia de la Seena Guevara. Che Guevara merupakan keturunan aristokrat Spanyol yang menjadi perwakilan rajad di River Plate.

Ayahnya adalah seorang keturunan maternal dari Irlandia. Ayahnya bekerja sebagai seorang wirausahawan dalam bidang konstruksi bangunan. Sedangkan ibunya adalah seorang aktivis dalam gerakan kiri Amerika Latin. Konon, orientasi politik Che Guevara dipengaruhi oleh ibunya sendiri.

Selain itu, kedua orangtua Che dikenal sebagai pejuang kemerdekaan anti fasis. Keluarga ini juga memiliki koleksi buku yang begitu banyak, bahkan jumlahnya mencapai kurang lebih 3000 buku. Dengan begitu, buku-buku itulah yang suka dibaca Che ketika berada di rumahnya. Di samping itu, Che juga kerap kali diajak diskusi oleh ayahnya tentang berbagai hal, baik tentang masalah-masalah sosial maupun politik Argentina kala itu.

Saat itu, Che menderita penykit asma. Karena itulah, kelurganya memutuskan untuk pindah ke Cordoba. Akan tetapi, penyakit asma yang diderita Che belum juga dapat disembuhkan. Bahkan, penyakit tersebut tetap diderita Che hingga akhir hidupnya.

Pada tahun 1941, Che Guevara memasuki sekolah menengah pertama di Colegio National Dean Funes(1). Di sekolah ini, Che Guevara dikenal sebagai salah satu murid yang pintar dan cerdas, terutama dalam bidang sastra dan olahraga.

Bahkan, di sekolah ini pulalah, jiwa revolusioner Che mulai kelihatan. Ia bergabung dengan Partido Union Democratica dan Comando Civico Revolucionario Monteagudo. Bersama kedua organisasi tersebut, Che kerap kali terlibat perkelahian jalanan dengan para pemuda lainnya yang mendukung pemerintahan Juan Peron, Presiden Argentina kala itu.

Pada tahun 1952, Che meninggalkan sekolahnya selama kurang lebih 8 bulan dan memilih untuk melakukan perjalanan mengelilingi Amerika Latin. Perjalanan inilah yang semakin menguatkan jiwa revolusioner Che. Dalam perjalanan tersebut, Che begitu banyak menemukan pemimpin-pemimpin yang diktator dan suka mengeksploitasi rakyatnya.

Pada tahun 1954, Che melakukan kunjungan ke daerah Guatemala. Kondisi Guatemala memberikan pelajaran yang cukup berharga tentang imperialisme. Dari pengalaman tersebut, Che kian teguh berkeyakinan bahwa perubahan sosial tidak akan tercapai hanya dengan slogan partai dan janji-janji politik belaka. Menurut Che, salah satu cara yang paling efektif untuk melawan imperialisme adalah dengan menggunakan senjata.

Setelah itu, ia menaiki kereta api untuk menuju Mexico pada tanggal 21 September 1954. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 8 Juli 1955, Che bertemu dengan Fidel Castro, sosok pemimpin yang begitu dikaguminya. Pertemuan itulah yang menyeret Che untuk turut campur dalam perjuangan melawan kediktatoran Batista di Kuba. Bersama pasukan Castro, Che mulai dilatih ketangguhannya dalam perang gerilya yang dipimpin oleh Castro.


B. Sepak Terjang dan Kontribusinya

Menurut Che Guevara, masyarakat di dunia saat itu mengalami berbagai bentuk ketidakadilan, baik di Argentina dan beberapa negara lain yang pernah dikunjunginya. Dalam perjalanan tersebut, Che menemukan berbagai macam penindasan, kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan lain sebagainya.

Akibatnya, banyak peristiwa-peristiwa kekerasan bermunculan di dunia. Masyarakat bergerak menuntut hak-haknya yang telah dirampas oleh rezim penguasa dan revolusi meletus di berbagai negara di dunia. Hal demikian sesuai dengan ungkapan Che yang mengatakan bahwa untuk melawan ketidakadilan penguasa tersebut harus dilawan dengan senjata.

Pemikiran-pemikiran inilah yang kemudian melandasi keikutsertaan Che untuk membantu Castro dalam perang gerilya di Kuba. Apalagi saat itu, Kuba sedang berada dalam cengkraman kalpitalisme. Batista, yang saat itu memimpin Kuba dengan mendapat dukungan penuh dari Amerika, dianggap sebagai penyebab utama kuatnya cengkeraman kapitalisme di Kuba. Maka dari itu, semakin lengkaplah alasan Che dengan Castro untuk menyelamatkan masyarakat kuba dengan cara menggulingkan rezim Batista.

Perjuangan Che Guevara dalam revolusi Kuba dimulai sejak pertemuannya dengan Fidel Castro. Pertemuan itu terjadi ketika saat itu Che masih menjadi seorang dokter. Melalui salah satu pasien yang pernah ditanganinya, Che dipertemukan dengan Fidel Castro pada bulan Juli 1955 di sebuah apartemen kecil yang disebut dengan Calle Emparan 49. Tempat ini pulalah yang kemudian dijadikan sebagai markas umum revolusi Kuba.

Sejak pertemuan itu, Che bergabung dengan pasukan Castro untuk melawan kediktatoran rezim Batista. Pada awalnya, Che bergabung dengan pasukan tersebut sebagai seorang dokter, akan tetapi lama kelamaan, Che mulai berlatih perang dalam salah satu pasukan Castro yang dipimpin oleh Kolonel Alberto Bayo.

Dari sinilah, Che mulai mempelajari tentang taktik perang gerilya, dari belajar menembak, penyergapan, dan mundur dalam penyergapan. Dalam hal ini, Alberto Bayo menilai bahwa Che merupakan salah satu didikan terbaiknya. Ia tidak butuh waktu lama untuk menyerap berbagai strategi dan taktik perang yang diajarkan.

Sejak itulah, Che mulai berbagi perjuangan terpenting dalam hidupnya. Che yang berkewarganegaraan Argentina, memberikan pengabdiannya untuk melawan kediktatoran Kuba di bawah kepemimpinan Batista. Dalam perjuangan tersebut, Che mulai dikenal dunia sebagai pemuda revolusioner yang sangat tangguh.

Dalam perjuangannya, Che Guevara hidup dengan para petani yang berada di Sierra Maestra. Di daerah ini, Che membangun pabrik granat, oven untuk memanggang roti, mendirikan sekolah, lokakarya, dan surat kabar. Pada bulan Februari 1958, Che juga membangun stasiun radio Klandestine Radio Rebelde (Rebel Radio). Sebagai seorang yang sebelumnya pernah menjadi dokter, tentunya ia juga tidak lupa membangun klinik kesehatan untuk rakyat miskin yang hidup di daerahnya.

Peran penting Che Guevara sebagai pasukan gerilya dimulai sejak ia terlibat dalam pertempuran Las Marcedes. Dalam perang ini, Che mulai menunjukkan keberanian serta keahliannya dalam merancang taktik dan strategi. Karena itulah, ia sering mendapatkan pujian dari Korps Marinir AS, yaitu Mayor Larry Bookman.

Setelah itu, Che Guevara mengarak pasukannya dengan berjalan kaki menuju Havana. Sebagai komandan pasukan kedua, Che berhasil membawa pasukannya untuk menguasai barak militer Batista yang berada di Las Villas, Santa Clara dan terutama benteng La Cabana yang merupakan benteng pertahanan terakhir pasukan Batista di Havana. Peristiwa inilah yang menjadi tanda akan kemenangan revolusi Kuba yang didalangi oleh Fidel Castro dan Che Guevara.

Kemenangan itulah yang kemudian menjadikan Castro sebagai pemimpin Kuba. Di bawah kepemimpinan Castro Che diangkat sebagai komandan penjara La Cabaa. Jabatan tersebut dipegangnya dari tanggal 2 Januari sampai dengan 12 Juni 1959.

Pada tanggal 27 Januari 1959, Che Guevera mulai membicarakan mengenai rencana reformasi pertahanan dan keadilan sosial. Selain itu, Che juga memiliki peranan untuk mengawasi reformasi hukum agrasia.

Semenjak berada di bawah pengawasannya, reformasi hukum agraria pun menjadi semakin efektif. Atas dasar itulah, Castro kemudian mendirikan National Institute of Reforma Agraria (INRA) dan Che Guevara dipercaya sebagai pemimpinnya.

Selain itu, Castro juga menjadikan Che sebagai delegasi negaranya untuk mengunjungi berbagai negara di Asia, seperti halnya Sudan, Maroko, Mesir, Suriah, Pakistan, Indonesia, India, Sri Lanka, Burma, Thailand, Jepang, Yugoslavia, Yunani, Singapura, dan Hongkong. Kunjungan tersebut dilaksanakan oleh Che kurang lebih selama delapan bulan.

Che juga dipercaya oleh Castro untuk mengawal programnya untuk memerangi tingkat kebodohan di Kuba, yaitu program pendidikan gratis bagi semua golongan atau disebut pula dengan "Kampanye Melek Huruf." Dalam hal ini, Che Guevara menurunkan kurang lebih 100.000 relawan tenaga pendidik ke berbagai pedesaan-pedesaan di Kuba.

Selama di pedesaan, para relwan ini mulai membagun sekolah-sekolah untuk rakyat Kuba. Di sekolah-sekolah inilah, para relawan mengajarkan baca-tulis bagi rakyat Kuba pada umumnya, dan khususnya para petani. Rakyat Kuba pun memiliki antusiasme yang tinggi terhadap program melek huruf tersebut.

Program tersebut dapat dikatakan cukup efektif dan berhasil mengurangi tingkat buta huruf secara drastis. Melalui program tersebut, Che Guevara dan Castro mampu mengantarkan Kuba menjadi negara dengan melek huruf tertinggi dunia melebihi Inggris dan Amerika. Tercatat, hingga tahun 2013 yang lalu, tingkat kemelekan huruf di Kuba mencapai 99,8%.

Peran lain Che Guevara dalam pemerintahan Kuba juga ditunjukkan dengan pengangkatannya sebagai mentri keuangan dan presiden bank nasional. Akan tetapi, dalam jabatan ini, Che dinilai kurang berhasil. Pasalnya, program yang diterapkan Che, yaitu program "intensif moral" dinilai tidak dapat meningkatkan perekonomian Kuba.

Bahkan banyak yang menilai bahwa program itulah yang mengakibatkan produktivitas perekonomian Kuba mengalami penurunan. Atas dasar itulah, Che kerap kali mendapat kritikan pedas. Seorang direktur Radio Masrti, menyebut Che sebagai orang yang bodoh dan tidak paham mengenai prinsip-prinsip dasa ekonomi.

Setelah beberapa kegagalan yang dialaminya dalam kampanye industrialisasi, Che mulai menarik diri dari publik Kuba. Bahkan, sejak saat itulah, Che mengundurkan dirinya dan melepaskan kewarganegaraannya dari Kuba. Pada tanggal 3 Oktober 1965, ia mengumumkan secara terbuka tentang surat yang ditulis Che untuk Castro. Dalam surat tersebut, Che menyatakan bahwa ia begitu mendukung revolusi Kuba, akan tetapi ia telah berkomitmen untuk meninggalkan Kuba demi menjalankan revolusi di daerah lain.

Kepergian Che dari Kuba tersebut menimbulkan berbagai macam pertanyaan dari kalangan masyarakat Kuba. Di satu sisi, banyak yang menilai bahwa kepergian Che dari Kuba dikarenakan tuntutan jiwa revolusionernya. Tetapi, di sisi lain banyak juga yang menilai bahwa hal itu terjadi karena hubungan Che dan Castro tidak seakrab dulu.

Sebelum kepergian Che dari Kuba, sebenarnya ia terlibat perselisihan dengan Castro terkait dengan perubahan orientasi ideologi negara Kuba. Dalam hal ini, Castro menilai bahwa Moskow adalah kiblat yang sesuai bagi negaranya. Akan tetapi, Che beranggapan bahwa komunisme China-lah yang lebih cocok dengan Kuba.

Terlepas dari hal itu, mau tidak mau harus diakui bahwa Che Guevara memiliki peranan yang cukup besar dari Kuba, baik pada masa revolusi maupun sesudahnya. Rakyat Kuba harus berterimakasih terhadap Che, pahlwan dari Argentina yang mengabdikan dirinya untuk kemerdekaan Kuba.(2)

Setelah Che memutuskan untuk meninggalkan Kuba, ia kemudian bergabung dengan Tentara Pembebasan Nasional dalam Revolusi Bolivia. Tetapi, sebelum ia mencicipi keberhasilan, pada tanggal 9 Oktober 1967, Che akhirnya meninggal saat dieksekusi mati oleh Tentara Bolivia. Mungkin memang begitulah takdir bagi seorang revolusioner sejati, hidup untuk revolusi dan mati juga untuk revolusi.***

 

 

(1)altecnobima.blogspot.com

(2)A. Pambudi, Fidel Castro: 60 Tahun Melawan Amerika (Yogyakarta: Narasi, 2007), hlm.227



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama