BENAZIR BHUTTO (1953-2007)


"Bersikap baik hati tidak pernah boleh disamakan dengan bersikap lemah. Itu bukanlah pertanda kelemahan, melainkan isyarat sopan santun, tata krama, sikap hormat, kemampuan seorang wanita untuk membuat setiap orang merasa seperti rumah sendiri, dan tak pernah boleh ditafsirkan sebagai kelemahan."(1)

 

A. Biografi Singkat

Benazir Bhutto merupakan sosok pemimpin perempuan yang menjadi pembuka keran kebebasan bagi kaum perempuan Pakistan. Kemunculannya dalam dunia politik Pakistan seakan menjadi angin segar bagi perkembangan politik di Pakistan. Tentunya, keharuman nama Benazir Bhutto sebagai pejuang kebebasan kaum perempuan diperkuat pula dengan budaya patriarkhi masyarakat Pakistan yang cukup kental.

Sebelum kemunculannya di dunia politik, Pakistan terkenal cukup teguh dalam memegang budaya patriarkhi. Saat itu, seorang perempuan terkekang dan tidak diberikan kebebasan untuk bergerak dalam mengekspresikan dirinya. Masyarakat Pakistan memiliki sebuah anggapan bahwa seorang perempuan hanya hidup dalam rumah tangga, dan tidak boleh lebih dari itu.

Pada masa-masa itulah, Benazir Bhutto muncul di pentas perpolitikan Pakistan. Kemunculannya sebagai tokoh politikus perempuan pertama memang tidak terlepas dari pro dan kontra.Bahkan, dalam proses perjuangannya, Benazir sempat diasingkan dan dipenjara.

Ketika pertama kali terpilih sebagai Perdana Mentri Pakistan, Benazir banyak mendapatkan ancaman dan ejekan dari para penentangnya. Para penentangnya tersebut senantiasa berteriak bahwa, "Seorang wanita telah merebut tempat laki-laki. Dia harus dibunuh! Dia harus dibunuh! Dia telah melakukan bid'ah."

Berbagai penentangan tersebut terus terjadi pada kepemerintahannya. Bahkan, Benazir Bhutto harus mengakhiri hidupnya dengan tragis. Ia meninggal dalam peristiwa penembakan oleh seseorang tak dikenal yang kemudian juga melakukan bom bunuh diri. Kematiannya, menjadi tanda kehancuran negara dengan demokrasi yang dibangunnya.

Benazir Bhutto sebenarnya memiliki nama lengkap Mohtarma Benazir Bhutto. Benazir Bhutto dilahirkan di daerah Karachi pada tanggal 21 Juni 1953. Ia merupakan anak pertama dari mantan Perdana Menteri Pakistan yang digulingkan dan dieksekusi mati oleh para penentangnya. Sedangkan kakeknya, Sir Shah Nawaz Bhutto, merupakan tokoh penting dalam perjuangan Kemerdekaan Pakistan.

Pada masa kecilnya, ia sering juga dipanggil dengan nama Pinkie. Nama Pinkie tersebut merupakan panggilannya pada saat ia masih gadis. Bhutto dibesarkan dalam keluarga yang begitu egaliter. Ia diberikan kebebasan yang cukup besar untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Pendidikan pertama Laddy Jennings Nursery School, kemudian melanjutkan ke Biara Yesus dan Mary di Karachi. Setelah itu, selama dua tahun, ia bersekolah di Rawalpindi Presentation Convent, kemudian ia melanjutkan lagi di Jesus and Mary Convent yang berada di Murree. Pada sekolah inilah, ia lulus ujian O-level ketika usianya masih 15 tahun.

Setelah itu, pada tahun 1969, Benazir melanjutkan kuliahnya di Harvard University's Radcliffe College. Pada tahun 1973, ia lulus dengan gelar sarjana ilmu politik dan terpilih menjadi salah satu anggota Phi Beta Kappa.(2) Pada tahun yang sama, ia kemudian melanjutkan kuliahnya di Universitas Oxford's. Pada tahun 1977, ia terpilih menjadi presiden dalam organisasi paling bergengsi, yaitu Oxford Union.

 

B. Sepak Terjang dan Kontribusinya

Pada dasarnya, Benazir Bhutto memang telah begitu akrab dengan dunia politik semenjak ia masih kecil. Pada masa kecilnya, ia selalu diajak untuk menemani sang ayah dalam kunjungan politiknya ke berbagai negara. Dengan demikian, kesadaran politik Benazir mulai terbentuk sejak saat itu.

Ditambah lagi, ia kemudian mulai mendalami ilmu politik ketika ia melanjutkan kuliah di Harvard University. Meski demikian, Benazir Bhutto mulai begitu aktif dalam dunia politik semenjak kematian ayahnya. Kematian ayahnya di tiang gantungan menjadi pukulan dan sekaligus pemicu gairahnya untuk terjun secara total di dunia perpolitikan Pakistan.

Di samping itu, Benazir hendak melaksanakan wasiat ayahnya yang tertulis dalam sepucuk surat yang ditujukan kepadanya. Sebelum ayahnya meninggal, ia berpesan kepada Benazir agar ia mampu meneruskan perjuangan ayahnya. Dalam surat itu, ayahnya meyakinkan Benazir bahwa dirinya mampu memimpin masyarakat Pakistan melebihi kemampuan ayahnya.

Meski demikian, untuk sampai di kursi kekuasaan bukanlah hal yang mudah. Berkali-kali Benazir mendapatkan hukuman penjara dan pengasingan oleh pemerintah. Akan tetapi, hal itu tidak membuat dirinya gentar sedikit pun. Setiap kali ia pulang ke negaranya, Benazir pun terus melanjutkan perjuangannya.

Akhirnya, peruangannya tersebut berbuah manis ketika ia berhasil menjabat Perdana Menteri Pakistan untuk pertama kalinya pada tanggal 16 November 1988. Tidak lama setelah itu, ia dipecat oleh Presiden Ghulam Ishaq Khan pada tahun 1990. Pemecatan tersebut terjadi karena adanya pertentangan antara pemerintah dengan dirinya.

Pada tahun 1993, Benazir berhasil mengambil alih jabatannya kembali setelah Presiden Ghulam Ishaq Khan dan Perdana Menteri Nawaz Sharif mengundurkan diri dari jabatannya. Jabatan keduanya tersebut dipegangnya selama kurang lebih tiga tahun. Pada tanggal 5 Oktober 1996, Benazir dipecat dari jabatannya dengan tuduhan telah melakukan korupsi.

Tidak lama setelah itu, ia bersama keluarganya diasingkan dari tanah Pakistan. Pengasingan tersebut dijalaninya selama kurang lebih sembilan tahun. Meski demikian, dukungan Benazir terhadap pemulihan demokrasi di Pakistan tetap dijalankan melalui para pengikutnya.

Pada tahun 2007, ketika Benazi telah kembali ke tanah kelahirannya. Masyarakat Pakistan secara antusias menyambut kedatangannya. Meski telah lama berada dalam pengasingan, ancaman kematian dari berbagai kelompok yang menentangnya ternyata tidak pernah terpadamkan.

Selang beberapa jam dari kedatangan di tanah Pakistan, mobil yang ditumpanginya diserang oleh bom bunuh diri. Peristiwa ini memakan korban kurang lebih 100 jiwa. Sedangkan Benazir sendiri berhasil diselamatkan dari upaya pembunuhan tersebut.

Setelah itu, Benazir mulai mempersiapkan diri beserta para pendukungnya untuk mengikuti pemilihan yang akan digelar pada Januari 2008. Pada masa-masa kampanye, tepatnya dua minggu sebelum pemilihan digelar, Benazir menghadiri kampanye di daerah Rawalpindi.

Tanpa diduga, tiba-tiba ada seorang bersenjata yang menembaki mobilnya. Tidak lama setelah penembakan tersebut, si pelaku melakukan bom bunuh diri. Pada tanggal 27 Desember 2007, Benazir pun meninggal beserta 20 orang korban lainnya. Awalnya, Benazir sempat dilarikan kerumah sakit, tetapi nyawanya tak dapat tertolong karena luka yang dideritanya cukup parah.

Sejak saat itulah, perjuangan singkatnya berakhir. Meski demikian, nilai-nilai yang pernah ditanamkannya cukup memiliki pengaruh pada masa-masa selanjutnya. Sosoknya yang tangguh dalam berjuang akan senantiasa dikenang oleh masyarakat Pakistan.

Sebagaimana telah sedikit disinggung sebelumnya, kehadiran Benazir yang cukup singkat dalam kancah perpolitikan Pakistan, memiliki pengaruh yang cukup besar bagi pembentukan demokrasi di Pakistan, khususnya bagi perempuan Pakistan.

Sebagai sosok perempuan pertama yang terjun di dunia politik Pakistan, kiprahnya dianggap sebagai bentuk pernyataan bahwa seorang perempuan tidak hanya bertugas sebagai ibu dalam rumah tangga. Tetapi, lebih jauh lagi, seorang perempuan juga harus mampu mengukir sejarahnya masing-masing.

Berdasarkan pada pemikiran-pemikiran tersebut, Benazir mulai menerapkan beberapa kebijakan penting dalam hal membela kaum perempuan Pakistan Kebijakan-kebijakan inilah yang kemudian memberikan pengaruh dan sumbangsih begitu besar bagi masyarakat Pakistan, khususnya bagi kaum perempuan di negara tersebut.

Ketika Benazir menjabat sebagai perdana menteri, ia berhasil menerapkan beberapa kebijakan yang mendukung keterlibatan kaum perempuan dalam kancah perpolitikan Pakistan. Beberapa kebijakan tersebut diantaranya, National Policy for Women (Kebijakan Nasional untuk Pengembangan dan Pemberdayaan Perempuan) dan Ten-Year Perspective Plan 2001-2011 (Rencana Perspektif Sepuluh Tahunan).

Dalam rencana Perspectif Sepuluh Tahunan tersebut terdapat kebijakan tentang perwakilan politik kaum perempuan, serta memuat berbagai upaya meningkatkan kualitas kaum perempuan yang telah terpilih menjadi salah satu pejabat dan dewan pemerintahan Pakistan.

Selain itu, Benazir juga mendirikan National Plan for Action (NPA atau Rencana Aksi Nasional). Dalam kiprahnya, NPA menawarkan kuota 33% kursi untuk kaum perempuan. Di samping itu, NPA menuntut adanya penyederhanaan peraturan dan pengambilan berbagai tindakan yang menjamin hak-hak kaum perempuan dalam memberikan suaranya.

Dalam kebijakan nasional, diwajibkan pemberlakuan berbagai tindakan yang lugas untuk menjamin tingkat keterwakilan yang ideal bagi kaum perempuan baik di kursi senat, majelis-majelis nasional dan tingkat provinsi, serta dalam berbagai jabatan lainnya.

Selain karena kemunculannya sebagai pejuang hak-hak perempuan, Benazir juga terkenal sebagai pejuang pembentukan demokrasi Pakistan. Pada masa itu, sistem pemerintahan Pakistan cenderung pada karakter kepemimpinan presiden yang militan.

Di tengah-tengah kondisi inilah kemunculan Banazir dianggap sesuai dengan aspirasi rakyat yang memang mendambakan penerapan demokrasi dalam negara Pakistan. Karena itu pulalah, Benazir mendapat dukungan yan cukup besar dari masyarakat Pakistan kala itu. 

Dengan begitu, ketika Benazir menjabat sebagai Perdana Menteri Pakistan, ia tidak ragu-ragu untuk memperjuangkan nilai-nilai demokrasi. Seiring dengan upaynya tersebut, dukungan dari masyarakat Pakistan makin banyak tertuju pada dirinya. Dengan demikian, ia pun akhirnya sedikit demi sedikit dapat mengubah sistem pemerintahan Pakistan dari militan menuju demokrasi.

Akan tetapi, perjungannya tersebut dianggap tidak sesuai dengan pemerintahan Pakistan. Sehingga, pihak pemerintah pun kerap kali mencegat perjuangannya. Bahkan, karena perjuangan itu pulalah ia harus mengorbankan nyawanya.***



(1)katakatabijak.com

(2)Phi Beta kappa adalah komunitas kehormatan sarjana S1 tertua dan paling bergengsi di Amerika. Sumber: studyusa.com

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama