AYATULLAH KHUMEINI (1902-1989)


"Manusia secara rasional dapat mengerti suatu kebenaran.

Namun, karena tidak benar-benar mempercayainya,

mereka tidak akan bertindak sesuai dengan kebenaran tersebut."

 

 A. Biografi Singkat

 Kemunculan Ayatullah Khumeini dalam kepemimpinan Iran tidak terlepas dari perjuangannya melawan kediktatoran Syah Reza. Khumeini menganggap bahaw Syah Reza-lah yang telah memberikan ruang cukup lebar bagi negara-negara asing untuk menguasai Iran.

Oleh karena itulah, Khumeini secara tegas menentang dan melakukan pemberontakan terhadap kepemerintahan Syah. Akibat pemberontakan yang kerap ia lakukan, ia akhirnya diasingkan keluar Iran, tepatnya ke daerah kecil yang berada di Prancis. Meski demikian, penentangan Khumeini terhadap kediktatoran Syah tidak lantas terhenti di situ. Justru, melalui masa-masa pengasingan inilah, Khumeini makin gencar melakukan penentangan.

Dalam masa pengasingan ini, ia menyebarkan fatwa-fatwa penentangannya dalam bentuk kaset dan video yang kemudian disebar di kalangan masyarakat Iran. Dalam sebaran kaset dan video tersebut, Khumeini mengajak masyarakat untuk membuka mata atas kediktatoran Syah Reza.

Atas seruan-seruan itulah akhirnya revolusi pun meletus dan kekuasaan Syah berhasil ditumbangkan. Sejak saat itu, Khumeini kembali ke Iran dan kemudian diangkat menjadi presiden pertama dalam Negara Republik Islam yang dibentuknya.

Sebagai pimpinan Iran, Khumeini memiliki kepribadian yang religius, jujur dan konsisten terhadap nilai-nilai perjuangannya. Tidak heran bila ia menjadi salah satu pemimpin yang begitu dikagumi oleh berbagai kalangan. Salah seorang tokoh perjuangan pada masanya mengatakan; Dialah satu-satunya fedayeen(1) paling jujur, berhati bersih, bermoral tinggi, penuh integritas dan konsisten melawan kekuasaan Syah yang diktator."(2)

Kepribadian yang dimiliki Khumeini yang memiliki nama asli Sayyid Ayatullah Ruhollah Khumeini, dilahirkan pada tanggal 24 September 1902 dari sebuah keluarga religius yang mendiami daerah Khomein, Provinsi Markazi.

Khumeini merupakan keturunan dari beberapa tokoh yang cukup terkenal di daerahny. Ayahnya, Ayatullah Sayyid Mustafa al-Musavi al-Khomeini, dan kakeknya Sayyid Ahmad Hindi, maupun kakek ayahnya Sayyid Din Ali Syah, merupakan tokoh-tokoh agama yang disegani pada masanya.

Terlepas dari hal itu, kemunculan Khumeini dalam pemerintahan Iran berhasil menjadikan negara Iran sebagai negara yang mengidealkan penerapan nilai-nilai Islam. Hal demikian dilakukannya sebagai salah satu bentuk penentangannya terhadap bangsa Barat.

Sistem yang dibentuk Khumeini inilah yang kemudian tetap dipertahankan dan dijadikan sebagai acuan utama oleh para generasi penerusnya. Lebih khusus lagi, dalam menjalin hubungan dengan negara-negara Barat, Negara Iran senantiasa mengacu pada sistem pemerintahan yang dbentuk pada masa Khumeini.

Masa kepemerintahan Khumeini hanya berjalan sekitar 10 tahun. Kepemerintahannya berakhir ketika Khumeini meninggal dunia pada bulan Juni 1989. Setelah itu, kekuasaan Iran diwariskan kepada para tokoh Islam lainnya. Meski demikian, "jurang pemisah" yang pernah ditegakkan oleh Khumeini tetap dipertahankan.

Selain itu, kepemimpinan Khumeini mampu memberikan inspirasi yang cukup berpengaruh bagi negaranya. Tidak hanya itu, pemikiran dan gerakannya telah banyak menginspirasi negara-negara islam di dunia. Cita-cita Khumeini untuk menciptakan negara Islam telah menginspirasi munculnya berbagai gerakan di dunia, misalnya gerakan kaum Taliban dan gerakan yang dipimpin oleh Osama bin Laden.

 

B. Sepak Terjang dan Kontribusinya

Saat itu, rezim Syah Reza sudah dinilai berlebihan dalam membuka pintu-pintu kekuasaan bagi bangsa asing. Atas dasar itulah, Khumeini senantiasa menentang kekuasaan Syah Reza yang menurutnya merupakan rezim diktator dan terlalu sekuler. Dengan demikian, nilai-nilai Islam pun semakin hilang dan tak pernah diperdulikan. Berdasarkan pada keprihatinan itulah, Khumeini senantiasa berjuang untuk menumbangkan kekuasaan rezim Syah Reza dan menuntut kembai tegaknya nilai-nilai Islam.

Pada dasarnya, penentangan Khumeini terhadap kekuasaan Iran tidak hanya dilakukan pada masa kepemerintahan Syah Reza. Tetapi, jauh sebelum itu, Khumeini telah menunjukkan penentangannya terhadap pemerintahan sebelumnya, yaitu pemerintahan Reza Syah yang merupakan ayah kandung  dari Syah Reza.

Meski demikian, penentangan Khumeini pada masa ini tidak begitu tampak kelihatan di permukaan. Salah satu bentuk penentangan Khumeini yang cukup menonjol pada masa ini adalah munculnya sebuah buku yang berjudul Kashfal Ashar.

Dalam buku itu, secara terang-terangan Khumeini mengkritik dan menentang kekuasaan Reza Syah yang menurutnya sewenang-wenang. Lebih dari itu, dalam buku tersebut, Khumeini menjelaskan betapa Reza syah tidak lebih dari pemimpin yang telah menghancurkan kebudayaan Islam. Menurut Khumeini, hal itu terjadi karena Reza Syah sendiri telah menjadi budak dari kekuatan asing.

Akibat penentangan-penentangannya itulah, Khumeini mulai dianggap cukup membahayakan bagi rezim Syah di Iran. Oleh karena itu pulalah, Khumeini kemudian diasingkan ke sebuah daerah kecil di Prancis. Dalam masa pengasingan inilah, Khumeini semakin gencar melakukan penentangan terhadap rezim Syah yang diktator.

Dalam masa pengasingan tersebut, Khumeini melancarkan gerakan penentangannya dengan menyebarkan fatwa-fatwanya untuk mengompori masyarakat Iran. Akhirnya, propaganda yang dilakukan Khumeini membuahkan hasil setelah meletusnya Revolusi Islam Iran.

Dalam revolusi tersebut, Rezim Syah dapat ditumbangkan dan kekuasaan pun diambil alih. Setelah beberapa tahun menjalani hidup di daerah pengasingan, akhirnya Khumeini kembali lagi ke tanah kelahirannya. Kedatangan Khumeini di Iran tersebut disambut meriah oleh rakyat Iran yang memang sudah lama menantikan momen tersebut.

Sekembalinya dari tanah pengasingan, Khumeini langsung dipercaya untuk menduduki kursi kekuasaan Iran. Pada tanggal 3 Desember 1979, Khumeini secara resmi diangkat sebagai presiden pertama dalam Republik Islam Iran. Pada masa kepemimpinannya, Khumeini sedikit demi sedikit mulai berhasil mengembalikan nilai-nilai Islam dalam negaranya.

Selain itu, Khumeini juga mampu mencerabuti kekuasaan-kekuasaan asing yang diwariskan oleh rezim sebelumnya. Bahkan, Khumeini juga melakukan sebuah pembantaian terhadap beberapa tokoh pemerintah yang lebih memihak terhadap rezim lama. Oleh karena itulah, sebagian ada yang menilai bahwa Ayatullah Khumeini merupakan salah satu pemimpin yang masuk dalam kategori pemimpin diktator dan tiran pada era modern(3).

Khumeini menerapkan kebijakan yang cukup keras tersebut dengan didasarkan pada sebuah gerakan "Islam Revolusioner." Untuk mendukung gerakan tersebut, Khumeini beranggapan bahwa Tuhan tidak hanya menjelma sebagai Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tetapi juga sebagai Dzat "penghancur."

Dengan berdasarkan pada konsep pemikiran tersebut, tidak heran bila Khumeini sering kali mengeluarkan beberapa kebijakan yang cukup keras dan terkesan diktator. Bahkan, banyak yang mengatakan bahwa sistem pemerintahan yang dijalankan Khumeini lebih diktator ketimbang Syah Reza.

Dengan semangat revolusioner, Khumeini pernah membentuk sebuah pasukan bersenjata yang direkrut dari rakyat sipil. Di bawah pemerintah Khumeini, pasukan inilah yang kemudian menjadi eksekutor untuk melakukan pembersihan terhadap ratusan pendukung Syah Reza. Bahkan, melalui pasukan ini pulalah, Khumeini tidak segan-segan melakukan pembantaian terhadap siapa saja yang tidak setuju dengan arah kepemerintahannya.

Bahkan, para pengikut ahlus sunnah wal jamaah yang sebelumnya dapat hidup nyaman dan tenang pada masa Syah Reza, pada masa Khumeini mereka pun dihabisi satu per satu. Di bawah kepemimpinan Khumeini, para pengikut ahlussunnah wal jamaah hanya memiliki dua pilihan, yaitu antara ikut Syiah atau tetap menjadi ahlussunnah wal jamaah namun dikebiri(4).

 Di samping itu, Khumeini disebut-sebut sebagai pemimpin Iran yang menjadi pemicu ketegangan yang terjadi di antara Iran dan Irak. Pada tahun 1980, Khumeini pernah memprovokasi negara Irak. Hal inilah yang kemudian memicu terjadinya perang Iran-Irak yang menelan korban hingga jutaan jiwa.

Meski demikian, Khumeini tidak pernah menerima tawaran damai yang pernah diajukan oleh Irak. Oleh karena itu, ketegangan di antara keduanya tidak bisa dipadamkan. Bagi Khumeini, segala upaya gencatan senjata merupakan sebuah tindakan yang lebih mematikan ketimbang meminum racun. Peperangan tersebut baru berakhir ketika Amerika mulai ikut campur dan menenggelamkan kapal-kapal perang Iran yang berada di teluk Persia.(5)

Selain itu, sepak terjang Khumeini dalam dunia Internasional yang cukup menonjol adalah gerakan demonstrasinya terhadap kekuasaan Amerika. Pada tanggal 4 November 1979, mahasiswa pendukung Khumeini mengambil alih kedutaan Amerika Serikat dan melakukan penyanderaan terhadap 52 orang selama kurang lebih satu tahun.(6)

Di samping itu, Khumeini juga pernah memerintahkan pasukannya untuk menangkap dan menghukum mati penulis terkenal di dunia, yaitu Salman Rusydie. Dalam hal ini, novel Salman Rusydie yang berjudul The Satanic Verses dianggap sebagai karya yang menyesatkan. Menurut Khumeini, karya tersebut telah melecehkan Nabi Muhammad dan Umat Islam pada umumnya.

Warisan Khumeini yang cukup tampak adalah ketertarikan yang cukup kuat terhadap pembentukan negara Islam. Hal inilah kemudian yang memicu bermunculannya tokoh-tokoh dan pergerakan fundamentalisme Islam di berbagai belahan dunia.

Salah satu bukti pengaruh dari ide-ide perjuangannya tersebut dapat kita lihat pada gejala munculnya beberapa gerakan Islam setelahnya, misalnya gerakan Islam yang dilakukan oleh kaum Taliban. Di samping itu, sebuah gerakan fundamentalisme yang dipimpin oleh Osama bin Laden juga disebut-sebut sebagai salah satu pergerakan yang terilhami oleh gerakan Khumeini.

Atas dasar itulah, banyak para tokoh dunia yang beranggapan bahwa Ayatullah Khumeini telah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan dunia Islam. Bahkan, Fidel Castro pun memuji perjuangan Khumeini beserta rakyat Iran.

Pujian yang datang dari Castro tersebut diungkapkan ketika dirinya bertemu langsung dengan Khumeini. Dalam pertemuan tersebut, Castro mengatakan, "Revolusi Islam di Iran adalah peristiwa yang luar biasa. Pengorbanan dan keberanian anda sangat menakjubkan. Kalian telah memberikan pelajaran baik kepada kami tentang pengorbanan dan keberanian... Pandangan kalian tentang Islam telah terekspor ke kawasan kami. Kalian telah mengekspor revolusi ke seluruh dunia. Iran dengan tenaga agamawan dan rakyatnya memiliki kemampuan yang besar dalam menghadapi semua tipu daya(7).***

 

 

(1)Fedayeen adalah pasukan komando rahasia yang sangat terlatih dalam berbagai bidang: ahli dalam bahasa, ilmu pengetahuan, perdagangan, dan lain-lain (sumber: id.wikipedia.com)

(2)Achmad Munif, 50 Tokoh Politik Legendaris Dunia (Yogyakarta: Narasi, 2007), hlm. 18

(3)Lihat Emdievi Y.G. Alezandro, 41 Diktator Zaman Modern : Mengejar Ambisi Menuai Tragedi (Jakarta : Visai Media, 2007), hlm. 24-29. Lihat pula Monsanto Luka. Tangan Besi: 100 Tiran Penguasa Dunia (Yogyakarta : Galang Press, 2008), hlm. 41-44.

(4)aqlislamiccenter.com

(5)Monsanto Luka, Tangan Besi :100 Tiran Penguasa Dunia, hlm.44

(6) Monsanto Luka, Tangan Besi :100 Tiran Penguasa Dunia, hlm.44

(7)syihali.wordpress.com

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama