ANAK-ANAK SUPER YANG MENGGUNCANG DUNIA VII

TRUMAN HENRY SAFFORD

Penghitung Cepat Soal Matematika di Usia 9 Tahun


Truman Henry Safford adalah anak Amerika yang mempunyai kemampuan menghitung yang ajaib. Dia lahir di Royalton, Vermont, Amerika Serikat pada 6 Januari 1836. Pada usia 9 tahun, dia menarik perhatian publik dengan kemampuannya yang luar biasa dalam perhitungan. Seorang Pendeta di tempat tinggalnya memintanya untuk mengalikan 365 x 356 x 356 x 365 x 365. Dalam waktu kurang dari satu menit dia memberikan jawaban yang benar yaitu 133.491.850.208.566.925.016.658.299.941.583.225 tanpa menghitung dengan kertas.

Safford telah belajar alfabet pada usia 2 tahun, dan saat empat tahun mulai belajar geografi. Tidak seperti kebanyakan anak dengan kemampuan tinggi dalam berhitung, Safford tidak melakukan atraksi di depan publik.

Dia masuk ke perguruan tinggi dan belajar astronomi. Dia lulus dari Harvard pada 1854 dan menghabiskan beberapa waktu dalam studi profesional di observatorium lembaga itu. Dia kemudian menjadi profesor astronomi di universitas Chicago. Dia menjadi direktur kedua Hopkins Observatory di Williams Collage yang merupakan observatorium astronomi tertua di Amerika Serikat.***

 

MIKAELA FUDOLIG

Menjadi Mahasiswa Fisika di Usia 11 Tahun


Ketika mulai berkuliah di usia 11 tahun, Mikaela Irene Fudolig yang lahir pada 1991, dijauhkan dari publikasi media. Saat itu Mikaela menjadi mahasiswa sebagai bagian dari program percobaan untuk menguji kemungkinan anak-anak berbakat masuk universitas tanpa diploma sekolah menengah atas, tanpa ujian masuk dan tanpa mengorbankan perkembangan emosional dan sosial, sehingga Mikaela harus disembunyikan dari perhatian publik dan media.

Dia baru menjadi sorotan ketika menyampaikan pidato perpisahan saat hari kelulusannya di tahun 2007 dari universitas. Mikaela menyelesaikan kuliahnya di usia 16 tahun dengan gelar di bidang fisika, dengan nilai summa cum laude dari universitas Filipina.

Saat wawancara dengan media, Mikaela mengatakan dia bangga bahwa penempatan program Universitas Dini (ECPP) yang awalnya dirancang untuknya telah berhasil.

Selain lulus dengan summa cum laude, dia juga menerima penghargaan dari universitasnya sebagai lulusan terbaik jurusan fisika. Sebelumnya, dia juga memenuhi syarat sebagai finalis regional untuk Sepuluh Siswa Berprestasi di seluruh Filipina.

Orangtua Mikaela, Tony Fudoling dan Lyn Dimaano, berusaha agar anak sulung mereka itu tumbuh sebagai individu yang seimbang. Lyn mendorong Mikaela bergaul dengan anak-anak seusianya di sore hari, ketika Mikaela sudah masuk sekolah dasar pada usia 4 tahun.

Mikaela bisa membaca dan menulis bahasa Inggris dan Filipina di umur 3 tahun. Saat itu Mikaela juga sudah memiliki minat dalam ilmu pengetahuan. Dia sering meminta ibunya membawanya ke kebun botani di Universitas Filipina (UP) dan menunjukkan kepadanya berbagai jenis tanaman. Sains memang menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga Mikaela. Ayahnya adalah lulusan teknik industri, dan ibunya mengajar kursus biologi di UP.***

 

ABDUS SALAM

Pencetak Nilai Tertinggi di Universitas di Usia 14 Tahun


Lahir di kampung Jhang, India (kini dikuasai Pakistan) pada 29 Januari 1926, Abdus Salam membuat sensasi nasional sebagai pemegang nilai tertinggi dalam sejarah Universitas Punjab, Lahore, Pakistan. Saat itu dia berada di tingkat persiapan di usia 14 tahun. Kelak Salam mendapatkan Hadiah Nobel dalam Fisika untuk karyanya dalam Teori Electro-Lemah, dan menjadi orang Pakistan dan Muslim pertama pemenang Nobel untuk Fisika.

Orangtua Abdus Salam, Chaudry Muhammad Hussain dan Hajira Hussain, termasuk keluarga Rajput Punjabi yang masuk Islam pada abad ke-12. Kakeknya, Gul Muhammad, adalah seorang sarjana agama selain menjadi dokter. Ayahnya adalah seorang perwira pendidikan di Departemen Pendidikan Negara Punjab.

Salam mewarisi dua sifat dominan ayahnya yaitu tekad keras untuk berbuat sesuatu bagi dunia dan komitmen kuat terhadap agama. Kepribadiannya dibentuk oleh sifat-sifat ini. Sejak usia sangat dini, pendidikan Salam berada di bawah pengawasan ayahnya. Abdus Salam mengatakan ayahnya telah meninggalkan bekas yang mendalam pada dirinya. Kecintaan membaca dan konsentrasi penuh ketika membaca juga didapatnya berkat usaha ayahnya. Salam rajin membaca sejak kecil. Dia sangat menyukai sastra, sejarah, filsafat agama dan illmu pengetahuan.

Abdus Salam termasuk orang pertama yang mengubah pandanga parsialisme para fisikawan dalam melihat kelima gaya dasar yang berperan di alam ini. Yaitu gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, gaya kuat yang menahan proton dan neutron tetap berdekatan dalam inti, serta gaya lemah yang antara lain bertanggung jawab terhadap lambatnya reaksi peluruhan inti radioaktif. Selama berabad-abad kelima gaya itu dipahami secara terpisah menurut kerangka dalil dan postulatnya yang berbeda-beda.

Adanya kesatuan dalam interaksi gaya-gaya dirumuskan oleh trio Abdus Salam-Sheldon Lee Glashow-Steven Weinberg dalam teori "Unifying the Forces". Menurut teori yang diumumkan 1967 itu, arus lemah dalam inti atom diageni oleh tiga partikel yang masing-masing memancarkan arus atau gaya kuat. Dua belas tahun kemudian hukum itulah yang melahirkan Nobel Fisika 1979.

Dalam usia sangat muda (22 tahun) Salam meraih doktor fisika teori dengan predikat summa cumlaude di University of Cambridge, sekaligus meraih profesor fisika di Universitas Punjab, Lahore. Khusus untuk pelajaran matematika ia bahkan meraih nilai rata-rata 10 di St. John's College, Cambridge.

Hingga akhir hayatnya, putra terbaik Pakistan itu mendapat tak kurang dari 39 gelar doktor honorius causa. Antara lain dari Universitas Edinburgh (1971), Universitas Trieste (1979), Universitas Islamabad (1979), dan universitas bergengsi di Peru, India, Polandia, Yordania, Venezuela, Turki, Filipina, China, Swedia, Belgia dan Rusia. Dia juga menjadi anggota dan anggota kehormatan Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional 35 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika.***


WOLFGANG PAULI

Kuasai Matematika Rumit di usia 13 Tahun


Wolfgang Pauli yang bernama lengkap Wolfgang Ernst Friedrich Pauli memiliki pemahaman mengenai matematika yang rumit pada usia 13 tahun dan lulus dengan gelar Ph.D. dalam fisika pada usia 21 tahun.

Wolfgang Pauli lahir pada 25 April 1900 di Wina, Austria, namun dia kemudian berkewarganegaraan Swiss. Dia keturunan Yahudi, namun tidak diberitahu sampai usia belasan. Ayahnya Wolfgang Joseph Pauli, adalah seorang dokter. Ketika akan menikah dengan ibunya, Berta Camilla Schutz, ayahnya berpindah agama ke Katolik Roma sebelum menikahi ibu Pauli. Maka Wolfgang dibesarkan dalam ajaran katolik Roma. Dia mempunyai seorang adik perempuan, Hertha Ernestina Pauli, yang menjadi wartawan dan aktris yang terkenal saat itu.

Wolfgang Pauli menulis dan menerbitkan makalah akademis pertamanya ketika berusia 18 tahun dan memperoleh ketenaran ilmiah pada usia 20 tahun, saat masih menjadi mahasiswa di Universitas Munich. Ketika itu dia menulis sebuah artikel panjang untuk ensiklopedia ilmu Matematika yang menjelaskan teori relativitas dengan kejelasan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Setelah membaca artikel Pauli, Albert Einstein menulis, "kita bertanya-tanya apa yang paling mengagumkan dari tulisannya, pemahaman psikologis untuk pengembangan ide-ide, kepastian dari deduksi matematika, wawasan fisika yang mendalam, kapasitas atas kejelasan, presentasi sistematis, pengetahuan tentang literatur, perlakuan lengkap dari materi pelajaran atau kepastian dari penilaian kritis."

Pada 1925, Pauli membuat penemuan yang paling terkenal, yaitu prinsip Eksklusi Pauli. Einstain menominasaikan Pauli untuk penghargaan tertinggi di bidang sains dan Hadiah Nobel itu diterimanya pada tahun 1945.***

 

TATHAGAT AVATAR TULSI

Bergelar Sarjana di Usia 10 Tahun


Tathagat Avatar Tulsi yang lahir pada 9 September 1987 di Patna, Bihar, India, adalah fisikawan India dan dikenal sebagai anak ajaib karena lulus dari sekolah dan kuliah dalam usia sangat muda.

Ayah Tulsi, Shri Tulsi Narayan Prasad adalah advokat dan ibunya Chanchal Devi adalah seoranag guru. Dia punya dua kakak Mahesh dan Vishwa. Selain suka bermain catur, tenis dan bulu tangkis, Tulsi juga suka mendengarkan musik dan menonton film (terutama Bollywood), juga membaca buku dan menulis kreatif.

Dia diberi nama Tathagat Avatar Tulsi oleh orangtuanya karena mereka ingin anaknya memiliki kearifan seperti Buddha. Tathagat artinya "sifat sang Buddha" dan Avatar berarti "inkarnasi."

Tulsi menyelesaikan sekolah menengah pada usia 9 tahun, menerima gelar sarjana B.Sc. di umur 10 tahun dan M.Sc. di umur 12 tahun dari Patna Science College (Patna University) di India. Pada Agustus 2009 atau di usia 21 tahun, dia mendapat gelar Ph.D. dari Indian Institute of Science, pada Juli 2010, dia ditawari posisi sebagai Asisten Profesor di IIT Bombay. Berbagai surat kabar India menyebutnya sebagai staf pengajar fakultas termuda yang pernah ada di IIT.

Tulsi terdaftar sebagai salah satu dari anak-anak Asia yang paling berbakat oleh beberapa media. Majalah TIME menyebutnya sebagai "Remaja Super" dalam sains, disebut sebagai "Anak Ajaib Fisika" oleh THE TIMES, "Master Mind" oleh THE WEEK dan terdaftar oleh OUTLOOK sebagai salah satu anak muda tercerdas di India.

Tathagat Avatar Tulsi berpartisipasi dalam proyek Bursa Efek Visi oleh Fabrica, yaitu pusat penelitian Benetton pada 2007. Dia juga diundang oleh Luciano Benetton untuk makan malam menghormati Al Gore pada 14 Juni 2007 di Milano, Italia. Cerita tentang Tathagat pernah ditayangkan oleh National Geographic Channel dalam program My Brilliant Brain.***

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama