ANAK-ANAK SUPER YANG MENGGUNCANG DUNIA X

SHO YANO

Sekolah Kedokteran di Usia 12 Tahun


Saho Yano mulai berkuliah di usia 9 tahun dan lulus summa cum laude hanya dalam waktu 3 tahun. Kemudian pada usia 12 tahun, dia mengikuti studi di Pritzker School of Medicine.

Setelah mencetak skor 1.500 dari skala 1.600 pada SAT di usia 8 tahun, dia lulus American School of Correspondence pada usia 9 tahun. Pada September 2000, Sho Yano yang lahir di Portland, Oregon, Amerika Serikat, terdaftar sebagai mahasiswa di Loyola University, dengan bidang studi biologi umum. Pada usia 12 tahun, dia lulus dengan gelar sarjana biologi dengan nilai summa cum laude. Setelah itu, dia meneruskan kuliahnya Sekolah Kedokteran Pritzker dengan program MTSP atau Program Pelatihan Medis yang dirancang bagi mereka yang ingin mendapatkan gelar MD dan Ph.D..

Dari Pritzker, Yano menerima gelar Ph.D. dalam gengetika molekuler dan biologi sel tahun 2009, pada usia 18 tahun. Selanjutnya dia memsuki tahun kedua di sekolah kedokteran di University of Chicago pada 2009, pada usia 21 tahun menjadi yang termuda yang lulus dengan gelar MD dari Universitas Chicago.

Sho Yano yang bernama lengkap Sho Timothy Yano sudah bisa membaca pada usia 2 tahun, menulis pada 3 tahun dan menciptakan musik pada 5 tahun. Yano juga pianis handal dalam memainkan musik klasik di usia 4 tahun dan memiliki sabuk hitam tae kwon do. Ayahnya Katsura berasal dari Jepang dan ibunya, Kyung berasal dari Korea Selatan.

Tanggal 7 April 2004 menjadi hari pertamanya menjadi mahasiswa kedokteran di University of Chicago. Ujian masuknya sudah dilaksanankan tahun 2003. "Saya ingat mewawancarainya. Dia sopan, anak laki-laki 11 tahun, mengenakan setelan kecil. Dia tidak akan belajar diantara anak-anakk 11 tahun sebayanya dan ibunya tidak akan mengantarnya bermain di liga kecil sekolahnya. Karena dia akan menjadi dokter." kenang Dr. Joel Scwab, seorang profesor pediatri yang berada di panitia penerimaan masuk University of Chicago saat itu.

Karena dan usia dan kecerdasan Yano yang memiliki IQ 200, pihak universitas membuat program khusus baginya. Tidak seperti sebagian besar siswa yang mulai studi untuk gelar Ph.D., mereka bisa memulai studi setelah tahun kedua mereka di sekolah kedokteran, Yono bisa mulai setelah tahun pertama. Dengan begitu, saat berumur 18 tahun ketika dia akan memulai tahap kedua studi yang meliputi interaksi dengan dan memeriksa pasien.***

 

ALIA SABUR

Berkuliah di Usia 10 Tahun, Bergelar Profesor di Usia 18 Tahun. 


Alia Sabur menerima gelar sarjana di usia 14 tahun, dan menjadi dosen dan profesor di bidang matematika modern saat berumur 18 tahun. Gadis belia ini juga mencatatkan namanya dalam Guinnes Book of Record sebagai Profesor Doktor termuda di dunia, bahkan mengalahkan rekor yang sudah bertahan selama 200 tahun yang dipegang oleh salah seorang murid Sir Issac Newton, Colin MacLaurin, pada tahun 1717.

Alia Sabur dilahirkan di New York pada 22 Februari 1989. Perkembangan Alia sejak kecil sangat mengagumkan. Sejak kecil Alia sering disebut sebagai anak ajaib karena kecerdasannya yang luar biasa, karena mulai bicara dan membaca ketika masih berumur 8 bulan. Alia juga menguasai alat musik klarinet. Alia menyelesaikan pendidikan SD pada usia 5 tahun. Alia melompat kelas dengan sangat cepat. Lepas dari kelas empat Sekolah Dasar, dia langsung melejit menuju tingkat universitas.

Ketika IQ-nya dites, angkanya melebihi tabel penilaian. Alia mengikuti sekolah seperti anak biasanya, tetapi ketika duduk di bangku kelas 4 SD, dia diizinkan mengikuti kelas di jurusan matematika Universitas Stony Brook setelah melalui beberapa tes.

Dia hanya mengerjakan tes tersebut dengan waktu 15 menit. Ibunya yang pada waktu itu mengantar mengaku sedikit aneh dan memintanya memeriksa ulang, tetapi Alia sangat yakin pada apa yang telah dia lakukan. Profesor yang memeriksa pekerjaan Alia juga mengatakan bahwa dia mendapatkan nilai sempurna. Alia berusia 10 tahun saat itu.

Dia kemudian masuk kuliah pada umur 10 tahun. Dan saat umur 14 tahun, Alia meraih gelar sarjana sains dalam bidang matematika aplikasi dari universitas Stony Brook, dan menjadi wanita paling muda dalam sejarah Amerika Serikat yang berhasil melakukannya, dengan predikat kelulusan tertinggi summa cum laude. Pendidikan Alia berlanjut ke universitas Draxel dan meraih  gelar M.S dan Ph.D. dalam sains dan teknik, dengan waktu studi tidak lebih dari  tahun dengan prestasi gemilang juga.

Dia memilih Universitas Konkuk, Seoul, Korea Selatan untuk mengabdikan ilmunya sebagai dosen. Di Korea ini juga Alia berlatih tae kwon do secara serius, dan sudah berhasil menyandang sabuk hitam.***


RIANA HELMI

Masuk Kuliah Usia 14 tahun, Lulus Dokter Usia 19 Tahun


Pada 2009, Riana Helmi menjadi lulusan dokter termuda di Indonesia. Dia memulai studi kedokteran di Universitas Gajah Mada Yogyakarta saat berusia 14 tahun. Riana lahir di Banda Aceh pada 22 Maret 1991.

Dalam pelantikan dokter baru pada 30 Desember 2010 di fakultas kedokteran UGM, MURI mencatat prestasi yang sangat luar biasa yaitu dr. Riana Helmi sebagai lulusan dokter termuda, 19 tahun 9 bulan. Dia lulus dari Fakultas Kedokteran (FK)Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dengan indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,67 dan gelar cumlaude. Riana sebelumnya juga pernah memecahkan rekor MURI untuk kategori lulusan sarjana kedokteran termuda dengan usia 17 tahun 11 bulan pada 2009.

Studi sarjana kedokteran yang membuatnya mendapatkan rekor MURI yang pertama ditempuhnya selama 3 tahun 8 bulan. Kelulusan Riana sempat menjadi berita besar dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Anak pertama dari pasangan Ajun Komisaris Polisi (AKP) Helmi, seorang perwira polisi pendidik di Sekolah Perwira Polri Lido Sukabumi dan Rofiah tersebut diterima menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM pada usia 14 tahun, tepatnya 1 September 2005.

Riana Helmi hidup di keluarga yang sederhana. Ayahnya yang seorang Polisi, membuat anak pertama dari 3 bersaudara ini beserta keluarganya terpaksa berpindah-pindah domisili. Mulai dari Aceh, Karawang dan berakhir di Sukabumi, tergantung tugas yang diemban sang ayah. Di usia 3 tahun, Riana sudah pandai membaca. Sang ibulah yang amat berperan dalam pendidikan Riana sejak usia dini.

"Ibu saya seorang yang sangat tekun dan ulet. Beliau sendiri yang mengajari saya membaca, menulis, berhitung, juga membaca al-Qur'an. Beliau selalu ada waktu untuk membantu saya jika saya mengalami kesulitan mengenai pelajaran dan tugas-tugas di sekolah," tutur Riana.

Sang ayah pun berperan aktif. Riana menilai ayahnya sebagai orangtua yang sangat peduli terhadap perkembangan pendidikan anaknya. Dia sangat memperhatikan pelajaran Riana di sekolah dan membantu apapun keperluannya untuk memenuhi tugas-tugas sekolah. Riana masih ingat betul bagaimana sang ayah selalu mengantarkan dan menjemputnya ke sekolah.

Riana mulai masuk Sekolah Dasar (SD) pada usia 4 tahun. Bukan lantaran paksaan dari kedua orangtuanya, namun kecerdasan Riana memang sudah tampak setahun sebelumnya, saat berusia 3 tahun. Riana sejak kecil memang jarang bermain layaknya anak seusianya. Dia menghabiskan waktunya dengan banyak belajar dan sangat menikmatinya.

Riana menyelesaikan SD selama 6 tahun dengan prestasi yang sangat memuaskan. Setelah itu dia mengikuti program percepatan (akselerasi) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) melalui beberapa tes IQ akademik. Hasilnya, Riana selalu lolos uji, sehingga dia bisa menamatkan SMP dan SMA, masing-masing 2 tahun lamanya.

Cita-citanya sejak kecil yang ingin menjadi dokter, membuat dia begitu mantap untuk mendaftar ke Fakultas Kedokteran di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta memalui jalur Penelusuran Bakat Skolastik (PBS).***

Post a Comment

أحدث أقدم