ANAK-ANAK SUPER YANG MENGGUNCANG DUNIA I

AKRIT JASWAL

Melakukan Pembedahan Medis di Usia 7 Tahun


Sebuah video memperlihatkan seorang gadis berusia 8 tahun yang menjalani pembedahan untuk memisahkan jari-jarinya yang menyatu akibat luka bakar yang parah. Mengapa operasi yang dilakukan tanggal 19 November 2000 itu menjadi berita utama di seluruh dunia? Karena operasi itu dilakukan oleh anak laki-laki berusia 7 tahun bernama Akrit Jaswal.

Akrit Jaswal Pran lahir pada 23 April 1993 di Nurpur, Himachal Pradesh, India. Dia mulai dikenal sebagai anak genius ketika sebuah rekaman muncul dari ssebuah desa terpencil di India.

Akrit memiliki IQ 146 dan dianggap sebagai orang uang paling cerdas di usianya di India. Sebelum Akrit bahkan bisa berbicara, orangtuanya mengatakan bahwa mereka tahu kalau dia istimewa. "Dia belajar sangat cepat," kata Raksha Kumari Jaswal, Ibu Akrit. "Setelah belajar alfabet, kami mulai mengajarinya menggabungkan kata-kata, dan dia mulai menulis juga. Waktu itu dia baru 2 tahun."

Pada usia 5 tahun ketika kebanyakan anak baru belajar ABCD, Akrit sudah membaca Shakespeare dan buku teks medis. Dia mulai masuk sekolah di usia 5 tahun dan satu tahun kemudian, Akrit telah mengajar kelas bahasa Inggris dan matematika. Para dokter di rumah sakit setempat yang mengakui kepandaiannya mengizinkannya mengamati operasi ketika dia berusia 6 tahun.

Setelah operasi yang sukses itu, Akrit dielu-elukan sebagai jenius medis di India. Orang-orang berbondong-bondong datang kepadanya untuk meminta nasihat dan pengobatan. Pada usia 11 tahun, Akrit diterima di Universitas Punjab. Dia menjadi mahasiswa termuda yang pernah mengikuti kuliah di sebuah universitas di India. Pada tahun yang sama, dia juga diundang oleh Imperial Collage, sebuah universitas terkenal di London, untuk bertukar pikiran dengan para ilmuwan untuk sebuah penelitian medis.

Ketika menjadi tamu dalam talkshow televisi terkenal Oprah yang dipandu Oprah Winfrey, Akrit mengatakan dia dia memiliki jutaan ide medis, tetapi dia masih memfokuskan pada pengembangan obat kanker. "Saya telah mengembangkan konsep yang disebut terapi gen oral berdasarkan penelitian dan teori-teori saya," kata Akrit.

Akrit masih berusaha mendapatkan gelar sarjana di bidang zoologi, botani dan kimia dan berharap suatu hari nanti dia bisa melanjutkan studinya di Harvard University.***

 

DYLAN MAHALINGAM

Pendiri Organisasi Nirlaba Internasional di Usia 9 tahun


Krishna Mahalingam lahir di New Hampshire, Amerika Serikat, pada 1996. Nama aslinya Krishna Mahalingam tapi kebanyakan orang memanggilnya Dylan. Pada usia 9 tahun, Dylan mendirikan Lil' MDGs, sebuah organisasi nirlaba pembangunan internasional dan pemberdayaan pemuda.

Misi Lil' MDGs yang didirikan pada tahun 2005 ini adalah untuk memanfaatkan kekuatan media digital untuk melaibatkan anak-anak dalam organisasi di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa Millenium Development Goals (MDGs). Organisasi Dylan telah memobilisasi lebih dari 3 juta anak-anak di seluruh dunia untuk bekerja menangani berbagai isu, dengan lebih dari 24.000 relawan reguler yang berasal dari 41 negara.

Sejak lahir, Dylan menjadi vegetarian. Dia adalah anak yang energik, antusias, karismatik, dan mencintai kehidupan pada umumnya. Dia selalu tertarik pada berbagai hal, menyukai tenis, basket, snowboarding dan berenang. Dia menikmati bermain di luar rumah dengan teman-temannya.

Pelajaran favoritnya adalah metematika dan ilmu pengetahuan. Dylan adalah pemegang sabuk hitam karate. Dia juga mencintai musik dan pandai bermain piano, saksofon, gitar, gendang khas India yang disebut mrdanga dan simbal tangan tradisional India yang disebtu kartals. Sebelumnya dia juga belajar memainkan terompet, klarinet, gendang khas Afrika yang disebut djembe.

Dylan mulai tertarik untuk melakukan kerja kemanusiaan ketika berkunjung ke India dan melihat kemiskinan di negara itu. Semangatnya untuk membantu memperbaiki kesehatan masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup di seluruh dunia membuat dia melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesadaran dan membantu meringankan masalah-masalah global. Dylan telah mengorganisir dan memulai beberapa kampanye untuk membantu kaum miskin di dunia.

Dylan juga menjadi pembicara muda bagi PBB serta kepala dan duta proyek strategis internasional bernama Under the Acacia. Dia juga pernah menjadi pembicara dalam berbagai acara di Montreal, Kanada; Abu Dhabi, Uni Emirat Arab; Korea Selatan; Graz, Austria; Washington, DC; Houston, Texas; New York; Barranquilla, Kolombia; Cancun, Meksiko; Turki; bahkan sampai di Jianpur, India. Dia juga sudah menerima banyak penghargaan nasional dan internasional.

Organisasi pimpinannya pernah mengumpulkan dana sebesar US$ 780.000 untuk bantuan korban tsunami dan lebih dari US$ 10 juta untuk korban badai. Dylan telah membangun sebuah asrama di Tibet , sebuah rumah sakit bergerak di India dan taman bermain dan sekolah yang melayani anak yatim penderita AIDS di Uganda.***

 

PAUL ERDOS

Penemu Bilangan negatif di Usia 4 Tahun.


Paul Erdos lahir di Budpaest, Hungaria pada 26 Maret 1913. Erdos adalah anak ajaib dalam bidang matematika. Pada usia 3 tahun, Erdos sudah memukau orang-orang di sekitarnya dengan menghitung perkalian tiga digit angka di luar kepala hanya dalam beberapa detik. Sementara di umur 4 tahun, dia menemukan angka negatif untuk dirinya sendiri ketika dia mengurangi 100 dengan 250 yang menghasilkan angka 150 di bawah 0. Beberapa tahun kemudian dia mampu memecahkan soal-soal matematika yang lebih rumit, seperti berapa lama waktu yang dibutuhkan sebuah kereta api untuk perjalanan ke matahari.

Erdos memiliki dua kakak perempuan yang meninggal karena demam berdarah sebelum dia lahir, yaitu saat berusia 3 dan 5 tahun. Karena itu ibunya menjadi sangat protektif terhadap dirinya. Orangtuanya, yang guru matematika, membawanya keluar dari sekolah umum saat berumur 10 tahun, dan mengajarinya di rumah dengan bantuan pengasuh dari Jerman.

Ketika pecah perang dengan Rusia, ayahnya ditahan di sebuah kamp tahanan perang Rusia selama enam tahun, dan ibunya harus bekerja berjam-jam, maka Erdos banyak melewatkan waktunya sendirian. Dia suka membolak-balik buku matematika orangtuanya. "Aku jatuh cinta dengan angka di usia muda," ujar Erdos. "Mereka adalah teman-temanku. Aku bisa bergantung pada mereka untuk selalu berada di sana dan selalu berperilaku dengan cara yang sama."

Pada 1930, Erdos masuk Peter Pazmany University di Budapest, dan dalam empat tahun telah menyelesaikan gelar sarjana sekaligus gelar Ph.D. dalam matematika. Jadi di usia 21 tahun, Erdos sudah dianugerahi gelar doktor dalam matematika, dan selama hidupnya menerima setidaknya 15 gelar doktor kehormatan.

Dia menemukan bukti tentang Teorema Chebyshev. Teorema Chebysev adalah teorema di bidang teori bilangan yang menyatakan bahwa untuk setiap bilangan lebih besar satu, maka akan selalu terdapat minimal satu bilangan prima di antaranya dan kelipatannya.***


WILLIAM JAMES SIDIS

Kuasai Satu Bahasa dalam Sehari di Usia 8 Tahun.


William James Sidis yang lahir pada 1 April 1898 di New York City adalah anak ajaib Amerika dengan kemampuan matematika dan linguistik yang luar biasa. Dia memiliki IQ antara 250-300 dan bisa membaca sebelum berumur 2 tahun. Di usia 8 tahun, dia sudah menguasai 8 bahasa, dan selama hidupnya dia telah menguasai lebih dari 200 bahasa. Dia mampu belajar bahasa dengan sangat cepat, dalam satu hari dia menguasai satu bahasa secara keseluruhan.

Keberhasilan William Sidis adalah keberhasilan orangtuanya. Ibunya, Sarah Sidis Mandelbaum, adalah lulusan Fakultas Kedokteran di Boston University pada 1897. Sang ayah, Boris Sidis, yang seorang psikolog handal berdarah Yahudi. Boirs sendiri juga lulusan Harvard dan murid psikolog ternama William James (sehingga dia memberi nama yang sama pada anaknya).

Dengan IQ atau tingkat kecerdasan di atas 250-300, kejeniusan Sidis mengalahkan Da Vinci, Einstein, Newton dan ilmuwan lainnya. Nama James Sidis nyaris luput dari hingar bingar pemberitaan tentang para jenius di jagat ilmu pengetahuan.

Keajaiban Sidis diawali ketika dia bisa mekan sendiri dengan menggunakan sendok pada usia 8 bulan. Pada usia belum genap 2 tahun, Sidis sudah menjadikan New York Time sebagai teman sarapan paginya. Semenjak saat itu namanya menjadi langganan headline surat kabar. Dia menulis beberapa buku sebelum berusia 8 tahun, diantaranya tentang anatomi dan astronomi. Pada usia 11 tahun, Sidis diterima di Universitas Harvard sebagai murid termuda.

James Sidis lulus cumlaude sebagai sarjana matematika di usia 16 dan menjadi profesor sebelum berusia 20 tahun.***

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama